Hambatan
Kapal
William Froude (1867) pertama
kali memperkenalkan total hambatan kapal yang terdiri atas dua komponen yaitu
hambatan sisa (residual) dan hambatan gesek (friction).
Interfensi Lambung Katamaran |
Komponen hambatan total
pertama kali diperkenalkan oleh W. Froude. Dimana hambatan total merupakan
penjumlahan hambatan gesek (RF) dengan hambatan sisa (RR)
sehingga didapat persamaan [William,1867] :
RTM = RFM
+ RRM
Dimana: RTM : Hambatan total model dari
percobaan. RFM : Hambatan gesek dari permukaan datar yang memiliki
permukaan basah sama dengan model, yang mana dapat ditentukan dari:
RFM = f S Vn
f,n: konstanta, fungsi dari
panjang dan sifat permukaan. RRM : Hambatan sisa dari model.
Dengan menggunakan metode
Froude, dapat diperhitungkan untuk koefisien hambatan kapal full scale dari
hasil perobaan model kapal, dengan persamaan koefisien hambatan:
CT = CF + CR
Metode analisa 2-dimensi
tersebut diatas tidak cukup meng-refleksikan kontribusi bentuk/ kontur lambung
kapal (yang 3-dimensi) terhadap hambatan viskos, sehingga kemudian Hughes
(1954) memperkenalkan metode untuk digunakan dalam korelasi model kapal dimana
total hambatan adalah penjumlahan dari 3 (tiga) komponen:
1.
Hambatan gesek (friction)
adalah gaya tangential stress yang timbul antara molekul air dan kulit badan
kapal, yang kemudian sebagai hambatan bidang permukaan dengan area dan panjang
yang sama dengan model.
2.
Hambatan bentuk (form) adalah
komponen hambatan yang dinyatakan dalam bilangan ‘k’, dimana merupakan hambatan
diluar batas item diatas dalam kasus lambung yang tercelup cukup dalam. Hughess
mengasumsikan bahwa untuk lambung yang streamline pada aliran turbulent, dapat
diekspresikan sebanding dengan hambatan friction.
3.
Hambatan free surface sebagai
hambatan gelombang (CW) adalah hambatan yang timbul akibat pergerakan kapal
relatif terhadap air sehingga timbul perbedaan tekanan pada permukaan (bidang)
basah kapal yang selanjutnya menimbulkan wave pattern. Hambatan gelombang
merupakan pengurangan total hambatan (CT) dari penjumlahan hambatan gesek (CF)
dan hambatan bentuk (CF0) dari model.
CT = CF + CFO + CW dimana
CFO = kCF
CT = (1+k)CF + CFO + CW
(1+k) disebut form factor dan
dapat diperoleh dari eksperimen pada kecepatan rendah (Fr < 0.1) dimana Cw
dapat diabaikan, sehingga form factor dapat dihitung dengan:
(1+k)
Selanjutnya Standar
internasional dari ITTC (1978) dengan judul “1978 Performance Prediction Method
for Simple Single Screw Ships”.meng-klasifikasikan hambatan kapal di air tenang
(calm water), secara praktis, dalam 2 (dua) komponen hambatan utama yaitu hambatan
viskos (viscous resistance) yang terkait dengan bilangan Reynolds dan hambatan
gelombang (wave-making resistance) yang tergantung pada bilangan Froude, dimana
korelasi kedua komponen hambatan tersebut diperlihatkan pada persamaan dibawah
ini.
Hambatan total kapal dibagi
dalam empat komponen [ITTC,1978]:
CT = (1+k) CF +
CR + CF + CAA (2.6)
Dimana,
(1+k) : merupakan form factor.
CF : Hambatan gesek dengan menggunakan ITTC ’57.
CR : Hambatan sisa dari percobaan model.
CF : Roughness Allowance (0 for smooth model).
CAA : Air Resistance (assumed 0 for model
without superstructure).
Metode untuk mendapatkan k
dengan pengukuran pada kecepatan rendah dimana CR diasumsikan mendekati 0 dan
(1+k) = CT/CF. Dengan penurunan sebagai berikut:
CR = 0
CF = 0 (0 for smooth model).
CAA = 0 (assumed 0 for model
without superstructure).
Sehingga,
CT = (1+k) CF + CR + CF
+ CAA
= (1+k) CF + 0
CT = (1+k) CF
(1+k) = CT/CF
Pada pakteknya, percobaan pada
kecepatan rendah memiliki kelemahan dalam menjamin keakuratan hasil yang
didapat sehingga terdapat metode lain dalam memperhitungkan hambatan, yaitu
metode yang diusulkan oleh Prohaska. Mengasumsikan CRM = a Fnn
pada kecepatan rendah (pada umumnya Fn<0.2) sehingga didapat persamaan
hambatan total kapal sebagai berikut:
CT = (1+k) CF + a Fnn (2.7)
Dimana (1+k), a dan n dapat
diselesaikan melalui least square analysis dari pengukuran pada kecepatan
rendah
2.5
Hambatan Kapal Katamaran
Hambatan kapal katamaran diasumsikan
sebagai penjumlahan dari beberapa komponen yang saling tidak bergantung
(independent) agar mudah memecahkan masalah hambatan kapal dan pengaruh jarak
antara lambung (hull separation).
Metode yang digunakan pada pengujian
lambung kapal yang konvensional yaitu dengan membagi hambatan pada beberapa
komponen yang didasarkan pada pengukuran total hambatan dari pengujian model
dengan mengestimasi hambatan gesek (friction) dari formula empiris, atau
pengukuran lansung dari komponen-komponen.
Kedua metode tersebut untuk
mengidentifikasi komponen-komponen dan asumsi-asumsi yang terkait.
Hambatan kapal katamaran memiliki fenomena yang lebih kompleks dibanding
dengan monohull, sebab adanya pengaruh interferensi dan interaksi diantara dua
lambung kapal.
Pengaruh interferensi dan interaksi
tersebut sangat pedu dikaji secara saksama baik melalui eksperimen maupun
melalui simulasi CFD, agar nantinya hasil ini dapat memberikan kontribusi
didalam memprediksi komponen hambatan dan total hambatan kapal katamaran.
Pengaruh interferensi dan interaksi yang
dimaksud diatas dapat dikelompokkan atas dua bagian:
Intefensi Lambung Kapal
Aliran sekitar badan katamaran
adalah asimetris karena adanya pengaruh
satu sama lain dari dua lambung misalnya tekanan
bidang relatif tidak simetris terhadap centerline katamaran. Hal ini berkaitan
dengan hal berikut:
a. Kecepatan pesturbasi atau usikan kecepatan disekitar katamaran
semakin meningkat, khususnya pada sisi dalam, sisi terowongan dari lambung karena
venture effect. Kecepatan ini semakin bertambah disebabkan oleh hambatan
gesek kulit dan modifikasi form factor.
b. Persilangan aliran (cross flow)yang dapat terjadi di bawah
lunas yang mana dapat memicu ke dalam komponen tarikan induksi (induced
drag)yang pada normalnya diabaikan pada monohull. Meskipun dianggap
penting, tetapi pengaruhnya relatif kecil jika dibandingkan dengan pengaruh
kecepatan pesturbasi atau usikan kecepatan.
c. Adanya perbedaan tinggi gelombang antara stern bagian dalam
dan luar dari katamaran, dapat
menunjukkan arah aliran air menuju
kedalam atau keluar. Hal ini mengakibatkan terjadinya vortice dan spray
yang kemudian menghasilkan komponen tarikan induksi (induced drag).
d. Semakin meningkatnya kecepatan di dalam sisi terowongan disebabkan
oleh perubahan struktur lapisan batas (boundary layer).
e. Akibat gelombang dari satu lambung
mencapai lambung lainnya membuat luas bidang basah menjadi berubah
sehingga memberikan nilai perubahan pada hambatan gesek (skin friction).
Interferensi Gelombang
Merupakan interferensi akibat sisi-sisi dari dua lambung yang berjalan bersamaan. Interferensi gelombang dapat di
analisa melalui hambatan gelombang. Adanya perubahan
tekanan bidang mengakibatkan perubahan gelombang dari
demihull.
Gelombang melintang dari demihull selalu diperkuat oleh lambung lain saat gelombang divergen haluan
dari satu lambung dapat dihilangkan oleh
gelombang divergen buritan dari lambung
yang lain.
Pemantulan dari gelombang divergen dari demihull yang
sama menyulitkan fenomena interferensi. Gelombang haluan dari satu lambung yang
bertemu di terowongan dengan gelombang haluan dari lambung yang lain tepat di centerline
dan superposisi antar keduanya menjadi sangat tinggi menghasilkan gelombang
yang tidak stabil, bahkan menimbulkan gelombang pecah dan percikan atau
semburan pada kecepatan tinggi.
Aliran air kearah dalam dan kearah luar pada bagian belakang (stern) merubah formasi gelombang di belakang
badan kapal. Komponen koefisien interaksi hambatan pada demihull adalah
sebagai berikut [Couser, 1996]:
(CT)cat = (1+k
cat) (CF)cat
+ (CW) cat
= (1+ Ø k)
σ CF + t CW (2.8)
Dimana :
Ø = Faktor interferensi hambatan bentuk (form), yang diakibatkan
oleh perubahan tekanan yang terjadi antara dua lambung.
σ = Factor
interferensi hambatan gesek (friction), yang diakibatkan oleh terjadinya penambahan kecepatan aliran diantara
dua lambung.
t = Faktor
interferensi hambatan gelombang (wave), yang diakibatkan oleh pertemuan
dua moda gelombang (dari haluan) diantara kedua lambung.
Diketahui bahwa faktor interensi Ø dan s sangat
rumit dan kompleks dalam pemecahannya, maka memperkenalkan factor b
untuk mengkombinasikan faktor interensi Ø dan σ ke dalam interferensi hambatan
viskos untuk tujuan praktis, sehinga menjadi:
(CT)cat = (1+ßk) CF + t CW (2.9)
Faktor interferensi hambatan gesek (σ) dapa menginterpretasikan
adanya pertambahan kecepatan pada daerah
antar lambung katamaran yang mana faktor ini dapat diperhitungkan dari integrasi hambatan gesek lokal atas
permukaan bidang basah dan dipengaruhi oleh jarak
pisah lambung (S/L). Variasi besarnya jarak
pisah lambung (S/L) dan angka froude yang mengakibatkan perubahan kecepatan
kapal berpengaruh terhadap besarnya faktor
interferensi hambatan sisa (Ø) dimana
faktor ini dapat diintegrasi dari hasil
percobaan.
Metode lain dalam perhitungan hambatan total katamaran dilakukan
dengan memodifikasi metode perhitungan hambatan total katamaran oleh ITTC ’78:
CT (cat) = CF
(cat) + CW (cat)
CT (cat) = (1+ ɸk) σ CF + τCW
Sehingga hambatan total katamaran
CT (cat) = (1+ɸk) σ CF + τCW (2.10)
Dimana ,
σ : merupakan faktor
interferensi hambatan gesek (friction) sesuai dengan metode ITTC ’57.
ɸ : merupakan faktor
interferensi hambatan bentuk (form).
τ : merupakan faktor
interferensi hambatan gelombang (wave).
ɸ digunakan dalam perhitungan tekanan disekitar badan kapal. Untuk
tujuan praktis, ɸ dan σ dapat dikombinasikan dalam faktor interferensi hambatan
viskos (β) sehingga :
(1+ ɸ k) σ = (1+ β k) (2.11)
Sedangkan faktor
interferensi hambatan gelombang dapat diperoleh dari hasil percobaan sehingga
diperoleh hambatan total kapal katamaran sebagai berikut :
Hasil Turunan rumus
interferensi
τ = [CT - (1+ βk) CF ](cat) / [CT
- (1+ k) CF ](mono)
(2.12)
Secara skematik, pembagian komponen hambatan diperlihatkan pada
skematik diagram dibawah ini:
Gambar 2.5 Diagram Komponen Hambatan Kapal [Molland 2008]
No comments:
Post a Comment